Skip to main content

Step three and four : Essay on the Spot & LGD

HALO ! Lanjut lagi ke tahap berikutnya ya !

Maaf banget post yang kali ini jaraknya agak kelamaan, maklum sedang banyak kerjaan :) kapan-kapan saya post tentang project yang saya kerjakan ya !

Okay, here we go!

Step three

ESSAY ON THE SPOT

Saya dan teman baru saya naik ke lantai 3 untuk mengikuti seleksi essay on the spot. Kami dapat urutan kedua (urutan pertama dimulai pk. 08.00 klo tidak salah). Pada pukul 08.45 tepat kami masuk ke ruang tes, di sana disediakan kursi dan kertas saja (tanpa meja). Kertasnya ada 2 lembar : kertas soal dan kertas jawaban. Langsung saya menempati kursi paling ujung di dekat jendela (saya pilih yang paling terang dan tidak terlalu dekat AC, takut kebelet. Hehehehe :p). Di dalam ruang tersebut ada 1 orang panitia dan 2 orang (yang kemungkinan adalah pengawas / juri / psikolog) duduk di bagian belakang ruang. Panitia kemudian menjelaskan beberapa peraturan, yang bikin agak deg-degan adalah waktu penulisan essay adalah 30 menit, termasuk membaca dan memahami soal. Kelompok saya mendapatkan 2 pilihan soal yaitu :

"Fenomena brain-drain" atau "Radikalisme berunsur agama"


Saya secara spontan langsung memilih soal nomor 1 yaitu tentang brain-drain dan langsung memikirkan ide-ide pokok yang ingin saya sampaikan, baru saya kembangkan. Waktu berjalan sangat cepat, tanpa terasa panitia sudah mengingatkan bahwa waktu telah berakhir (agak kaget, nggak dikasih 5 minutes notice! Jadi agak kelabakan waktu mau mengumpulkan). Saya sarankan selesai tidak selesai, cobalah untuk selalu tertib dengan peraturan. Kumpulkan sesuai dengan mantap ketika waktu sudah berakhir.
Saya sempat mengobrol dengan beberapa teman baru lainnya, mereka antara lain mendapatkan pilihan topik sebagai berikut :

  • ·      Bonus demografi
  • ·      Revolusi mental yang diprakarsai oleh Presiden Joko Widodo

Kesimpulan dari tes essay on the spot, seleksi ini lumayan sulit sih ya, karena harus berpikir cepat. Jadi, alangkah baiknya kalau kamu mulai coba latihan untuk membuat kerangka berpikir yang runtut dan cepat. Oh ya, pelajari juga penulisan kata-kata dalam kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seperti penggunaan imbuhan di- dan ke- yang kadang agak membingungkan apakah harus disambung atau dipisah ya? hehe.. coba untuk meminimalkan kesalahan pemula yang seperti itu. Kalau mau latihan pola berpikir, mungkin bisa lebih banyak cari-cari tips di website universitas. Saya lumayan banyak dapat informasi tentang penulisan yang baik dari website universitas di dunia, keyword-nya : essay writing tips, atau effective writing tips. Pasti ketemu !
Contohnya bisa kamu klik di sini.

LANJUT !


Step Four

LEADERLESS GROUP DISCUSSION


Setelah selesai seleksi essay on the spot, saya dan teman-teman bergegas ke ruang Leaderless Group Discussion. Ketika masuk ke ruangan, kami disambut oleh 2 orang ibu yang sangat ramah dan murah senyum. Mereka adalah tim penilai di dalam tahap seleksi ini. Ketika masuk, salah seorang juri memanggil nama kami satu per satu dan menunjukkan tempat duduk kami dan meletakkan papan nama di meja. Di atas meja sudah tersedia satu lembar soal dan satu lembar kertas kosong untuk mencatat. Kami diberikan waktu untuk membaca soal tersebut. Kebetulan soal yang kami dapat adalah mengenai Masa Orientasi Siswa. Pada soal, kami diminta untuk memberikan rekomendasi mengenai fenomena ini sebagai Akademisi, Pengamat, Praktisi, dan Profesional. Lima menit telah berakhir, kemudian diskusi dibuka oleh teman saya, Aulia.

** Saya mengingat beberapa tips dari blog penerima beasiswa LPDP bahwa pada tahap ini, karena judulnya adalah “Leaderless”, maka diharapkan untuk tetap aktif namun tidak mendominasi diskusi. Aktif dengan cara yang sehat dan baik. Apabila tidak setuju dengan pendapat lawan diskusi, sampaikanlah dengan baik sesuai dengan etika diskusi yang ada. Jika ingin mempelajari lebih banyak tentang etika berkomunikasi yang baik, bisa banyak-banyak baca di berbagai sumber, termasuk psychology today yang disarankan oleh sepupu saya Dea. Contohnya bisa dilihat di link ini.

Pada diskusi ini kami sepakat untuk tidak ada moderator dan tidak ada notulen, namun semua diharapkan aktif secara bergantian dan secara natural saja. Saya mencatat beberapa poin penting yang akan saya sampaikan saat diskusi, dan sembari mendengarkan pendapat teman lain, saya juga memperhatikan peran apa sajakah yang digunakan teman-teman sekelompok saya. Saya mendapatkan giliran terakhir untuk berpendapat dan kemudian saya memilih untuk memberikan pandangan dari sudut pandang professional.

Saya memperhatikan bahwa ketika salah satu dari kami berbicara, para juri tidak hanya mendengarkan pendapatnya, namun juga memperhatikan gesture dan cara berbicara peserta. Para juri juga terlihat sibuk mencatat dan memperhatikan nama peserta. Lima menit sebelum waktu habis, para juri memberikan pemberitahuan sisa waktu, kemudian salah satu dari teman sekelompok saya yaitu Rachmad mengutarakan beberapa poin penting dari semua pendapat yang telah dikumpulkan, dan mengajak kami untuk menyusun langkah strategis sebagai kesimpulan diskusi. Ajakan Rachmad ditanggapi oleh teman saya Yanti berupa kesimpulan. Kemudian waktu habis. Waktu yang diberikan cukup singkat yaitu 30 menit, sehingga setiap peserta hanya dapat berpendapat 1 – 2x saja. Maka, usahakan untuk mengemas jawaban sebaik mungkin dan seefektif mungkin. Tidak perlu berbelit-belit. Lebih baik memberikan jawaban yang padat, cerdas, tidak terburu-buru, dan jelas.

Fiuh, setelah LGD rasanya capek banget, karena harus berpikir cepat untuk 2 macam seleksi berturut-turut. Sebelum lanjut ke tahap berikutnya, kami melewati jam istirahat. Telah disediakan snack berat dan minuman dari panitia (yang ternyata bikin kenyang banget ! jadi bekal saya nggak jadi saya makan. Hehehe). Beberapa teman-teman pun pergi ke masjid untuk melakukan Shalat.

VERIFIKASI



Saya dan teman-teman sekelompok kemudian pergi ke ruang verifikasi untuk mengantre verifikasi. Di sana, saya menyiapkan berbagai dokumen yang telah disiapkan. Petugas verifikasi kemudian memberikan tanda centang pada dokumen yang telah dicek dan memberikan cap dan tanda tangan. Setelah selesai verifikasi, tinggal menunggu waktu wawancara.

Oh ya sebelum saya lupa, saya juga mau share tentang buku yang saya baca berulang kali sebelum menjalani seleksi-seleksi ini. Tadaaa...


Di atas adalah gambar dari buku yang berjudul Beasiswa 5 Benua karangan Ahmad Fuadi. Untuk Kak Ahmad Fuadi, terima kasih banyak sudah menginspirasi saya dan banyak orang lainnya ! Saya menemukan banyak sekali tips, dan jawaban atas pertanyaan mengenai beasiswa yang dikemas secara ringkas dan mudah dipahami. Saya rekomendasikan kamu untuk baca buku ini. Buat yang ada di Yogya dan ingin meminjam punya saya, boleh juga lho!

Okay, untuk post yang ini segini dulu ya! Akan saya lanjutkan ke tahap wawancara di post berikutnya.

Hey, sudah 3 post yang saya buat! Kalau kalian ada masukan, tanggapan, dan pertanyaan, jangan malu untuk bertanya ya! Kamu bisa meninggalkan comment di blog ini atau kontak saya via message facebook.
Terima kasih !

Xx,



T.

Comments

Popular posts from this blog

No more after five, part 1 : Belajar di Swedia

Hi! It's been one heck of a rollercoaster journey since I arrived in Sweden to study. Since the journey is so challenging yet exciting at the same time, I don't even know where to start to write about my story as an international student here. Since this information might be more helpful for you, my fellow Indonesian, who wants to study abroad (especially in Sweden), I am gonna write in Bahasa this time (this is time for you to learn Bahasa Indonesia, my dear fellow Chalmerists :p). Oke! Kita mulai ya! Biar topiknya tersusun agak rapi dan nggak membingungkan, mungkin saya bagi tulisan ini menjadi beberapa bagian ya! Itu pintu masuk kampus tercinta. Tapi gedung Titis is 20 menit jalan kaki dari situ :( Belajar di Swedia Belajar di Swedia adalah pilihan pertama saya (dan satu satunya pilihan saya) sebelum saya memutuskan untuk daftar LPDP. Sebenarnya untuk mendaftar kuliah di Swedia itu nggak terlalu sulit dan nggak ribet karena sistemnya semua sudah terint

Titis dan Tempe

Hai semuanya ! Today I will post about the latest activity that I am proud of (because normally I wouldn't even think of doing this). I am going to talk about my day with TEMPE !! (Btw maaf ya bahasanya agak campur-campur for this blog. I am too friggin' excited to share this, I ignore all of the language stuffs). I am talking about tempe-food not Tempe, my friend. This is my friend, his name is Tempe. Tempe is a guy. He has a band with Wednes called Rabu. Tempe wants to get his scholarship too, soon. Tempe is nice.  Be like Tempe. ... Maaf untuk intermezzo barusan yang agak tidak penting. YOW! Now I will start to write about tempe the food. So some of you may know that I will be going abroad very soon (still waiting for my visa to be granted - fingers crossed, toes crossed, everything crossed). The thing that my family and my friends are concerned of is that I will be missing a lot of things from Indonesia, especially the food (ayam geprek, rawon,

The Rare Sunlight

Sun-kissed in winter time It was not my nature to check the weather forecast every start of the day, but it is now becoming a daily basis where I wish the weather will be as friendly as possible. It’s not that I am not used to the windy and cold weather yet, but maybe coming from a very bright and sunny place kind of makes me underestimate how the sun surely be missed in this gloomy and dark side of the globe, especially in this particular season of the year, winter. This country has changed my mind about the sun. I used to cover up my whole body before I went out on a sunny day in my hometown, but now I am always looking forward to enjoy the sunlight. To all my Swedish friends, now I get it why you guys love the sun so much. It was the second day of 2017, where I was absolutely thrilled to see the weather forecast says 2 degree Celcius and sunny in Gothenburg, Sweden (I am officially adapted to this kind of temperature now, yay!). It was a perfect day where I could go outsi