Skip to main content

Step five : interview

WAWANCARA

NAHHHH tahap ini nih yang banyak ditakutin orang-orang karena sekarang saatnya berjuang sendirian, dan ini adalah proses yang paling menentukan apakah kamu layak atau enggak untuk menerima beasiswa ini. Saya menunggu cukup lama dari tahap verifikasi dan wawancara, karena verifikasi ternyata berjalan lebih cepat dari yang dijadwalkan. Saya selesai verifikasi pada pukul 12.30, dan wawancara baru dimulai pada pukul 15.20.

Saya menunggu dengan agak gelisah, takut ada yang terlupakan. Bolak balik saya coba baca lagi essay yang saya tulis. Ini sesuai dengan masukan dari teman saya Kak Rio dan Kak Fani yang lebih dahulu telah menerima beasiswa LPDP. Katanya kebanyakan yang ditanyakan adalah yang kamu tuliskan di essay, jadi selalu berusahalah untuk jujur dan percaya diri ketika menulis essay.

Pada pukul 15.15, ada seorang peserta di dalam ruangan wawancara keluar, kemudian nama saya dipanggil oleh panitia. “Alberta, silahkan tasnya ditaruh di depan kemudian dicek sama panitia dulu, baru ke meja wawancara ya”.

Saya meletakkan tas saya di depan, memberikan dokumen verifikasi saya ke panitia, sambil memperhatikan ruangan wawancara. Di ruangan tersebut ada sekitar 10 booth (kalau tidak salah ingat ya!). Tiap booth ada 3 orang yang terlihat sangat ramah dan baik hati. Semua booth terlihat santai, seperti sedang melakukan percakapan yang kasual dan asyik. Kegugupan saya sedikit berkurang. Saya mengambil nafas panjang dan menuju ke booth 8.

Saya menyalami semua juri dari kiri ke kanan (satu laki-laki, dan dua perempuan). Ini beberapa bagian dari pertanyaan yang diajukan oleh juri.

A (Juri laki-laki) B (Juri perempuan 1) C (Juri perempuan 2)

A : “Selamat sore untuk Sdri. Alberta, sore ini kita akan berbincang sebentar dengan kamu ya. Pembicaraan kita akan direkam di sini” – sambil menunjuk alat recorder.
A : “Silahkan perkenalkan diri anda, siapakah anda, dari mana, dulu kuliah di mana, keluarga ada siapa saja” – sambil tersenyum ramah.
Saya menjawab dengan perlahan tentang diri saya, asal, universitas, dan keluarga saya. Cukup singkat, namun dengan senyuman yang mantap. Hehehe..

A : “Okay on your application, you are going to study abroad, this programme sounds unfamiliar, could you please explain about this program?”
Agak shock dengan pertanyaan ini, karena jawabannya bakalan panjang. Lalu saya jelaskan satu per satu tentang universitas tujuan saya, judul program, tujuan program, gambaran umum program, lama durasi program, dan silabus program dalam bahasa Inggris. (Setelah pertanyaan ini, saya menjawab semua pertanyaan dalam bahasa Inggris. Agak berbeda dengan peserta lain, saya mendapatkan 1 pertanyaan bahasa Indonesia dan lainnya berbahasa Inggris. Sedangkan peserta lain hanya mendapatkan 2 – 3 pertanyaan dalam bahasa Inggris dan sisanya dalam bahasa Indonesia).

A : “Is the programme going to be by-course programme or by-research?”
Saya menjawab dengan mantap : by-course.

A : “How did you find out about this programme? And why did you choose this program? This really is an unusual choice.”
Saya menjawab tentang bagaimana saya mencari dan mendapatkan informasi tentang program tersebut. Saya juga menambahkan cerita tentang manfaat dari program ini.

A : “But you have not received your Letter of Application. When will the enrollment starts?”
Saya menjawab bahwa program ini akan membuka pendaftaran pada Oktober 2015 dan kuliah akan dimulai pada Agustus 2016, sehingga saya memang belum mendapatkan LOA. Namun demikian, saya telah mempersiapkan berbagai persyaratan dokumen seperti TOEFL, surat rekomendasi, dan portfolio.

A : “Ah you have a portolio. So what projects have you completed after you graduate up until now?”
Saya menjelaskan proyek yang saya kerjakan.

A : “So you are still working now? How long have you been working in this company and please describe what kind of company are you working in?”
Saya menjelaskan bahwa saya telah bekerja selama 10 bulan, dan jenis persuahaan tempat saya bekerja dan tanggung jawab saya di dalam pekerjaan ini.

A : “Okay, enough from me. Other judges?”
B : “Hi Alberta, so you want to study abroad. But you have not received any LOA yet. Are you confident?”
Saya menjawab bahwa saya telah mempersiapkan persyaratan sebaik saya bisa, dan saya yakin saya dapat diterima di universitas tujuan saya.

B : “I see. I can see in your CV, your achievements are quite excellent.”
Saya menjawab dengan agak malu “Thank you very much, Ma’am”.

B : “How come?”
Di sini saya bingung setengah mati. Saya harus jawab apa yaaaa.. Kemudian saya menjelaskan bagaimana perjalanan kuliah saya dan skill yang saya miliki yang membantu saya dapat meraih prestasi.

B : “Impressive. And your parents, they’re lecturers. And you want to be a lecturer as well. Are your parents working at the same university as where you study?”
Saya menjawab ya, mereka bekerja di universitas yang sama dengan tempat saya belajar, namun dengan peraturan kampus, saya tidak pernah merasakan diajar oleh mereka di kelas.

B : “Haha, don’t worry about it. It is okay. Hmm.. I agree with him that the program you chose is unusual. Can you tell me how it will benefit you as a person and how will it build your future?”
Saya menjawab, program ini memiliki prospek yang baik di masa depan, terutama untuk mempersiapkan saya sebagai bagian dari Indonesia sebagai sumber daya manusia yang siap menjadi bagian dari persaingan global, terutama dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean. Saya yakin dengan belajar di universitas pilihan saya akan mempersiapkan saya untuk menanggapi berbagai isu lingkungan yang lebih baik dengan sudut pandang yang segar dan cara yang professional.

B : “And your recommendation letter, who wrote that for you?”
Saya menjelaskan bahwa yang menuliskan surat rekomendasi adalah dosen pembimbing studio tugas akhir saya.

B : “Okay that is enough from me. Thank you” – sambil tersenyum ramah.
C : “Hi Alberta. I can see that you are a cheerful person. You seem very excited. What is your personality that describe you the best?”
Saya menjawab dengan senang “I am a cheerful person and I think that is one of my characteristics. I think I am also a curious person, I want to know and discover a lot of new things.”

C : “So can I call you Curious Alberta?”
Saya tertawa sedikit kemudian saya jawab : “Yes of course!”

C : “You explained earlier that you want to be prepared to face global challenges by studying abroad, and be a lecturer. What makes you like this? Who is your influence?”
Saya menceritakan inspirasi saya yaitu ayah saya. Saya jelaskan berbagai cerita yang membuat saya semangat untuk pergi menjelajah dan belajar dari expert di negara lain yang lebih banyak berpengalaman di bidang yang saya pilih.

C : “Interesting. Where will you want to teach in the future?”
Pertanyaan ini yang saya belum siap jawab. Kemudian saya jawab begini “Hmm, I have not decided it yet, but I guess I really want to work here in Yogyakarta or in Jakarta, as we have a lot of universities here as the City of Education, and in Jakarta, I think I can help a lot of students to be more prepared for their career and help Indonesia for better development there.”

C : “In Yogya, which university? UGM maybe?”
Saya masih ragu dan tidak ingin terlalu yakin, lalu saya jawab “Possibly, yes. Hehe..”

C : “Haha, it is okay, you can decide later. You will be abroad for 2 years and meet new people. How do you feel about dating European guys?”
Okay, ini pertanyaan bikin saya tertawa beberapa detik. Kepikiran sih. Tapi saya nggak mau cerita, nanti malah kebablasan curhat. Terus saya jawab begini : “Hahaha, I don’t think that’s me. I don’t see myself going out with a European guy. Too tall for me, I think. That could be an issue. Hahaha..”Jawaban yang agak ngasal sebenarnya (karena ngebayangin mau menatap matanya aja kayaknya kudu ndangak ya, hahaha!), tapi ya udah saya PD aja hehe..

C : “Hahaha, I see. I know some students are motivated to go abroad to find soulmate or true love. To make better “future” they said. So you are not one of them?”
Saya ngakak lagi, kemudian jawab “Hahaha.. No, I don’t think so. Maybe for other students, yeah, that could be encouraging. But not me. I still can't picture myself doing that. Hehehehe…” Saya jawab dengan agak cekikikan dan mungkin terlalu jujur karena memang belum pernah terbayang saya dating sama European guys. Mimpiin artis sih sering, tapi kalo sungguhan belom pernah sih! Well, we'll see about that, shall we?

C : “Hahaha.. OK.. I think that’s all from me. Apakah ada yang lain lagi Pak, Bu?”
A : “Sudah cukup ya..”
B : “Sudah cukup.”
A : “Oke terima kasih Sdri. Alberta atas waktu dan percakapan yang menyenangkan barusan. Sekarang seleksi sudah selesai, silahkan anda tinggal menunggu pengumuman beberapa minggu ke depan, dan kami doakan yang terbaik.”
Saya menjawab : “Terima kasih banyak atas kesempatan yang telah diberikan Pak, Bu. Selamat sore.” Saya menjabat tangan para juri sambil keluar ruangan dengan lega.

Sejujurnya saya masih agak bingung karena saya menerima semua pertanyaan dalam bahasa Inggris, dan waktu terasa cepat sekali berlalu. Ketika keluar, saya mengecek jam tangan saya, dan saya menghabiskan waktu sekitar 30 menit di dalam ruang wawancara. Padahal, peserta lainnya sebelum saya dapat menghabiskan waktu 40 – 50 menit. Duh! Pertanda baik atau buruk ya? Jadi deg-degan hehehe..

Sekian dulu buat post yang kali ini yah ! Fiuh !
Tunggu selanjutnya ya !
Xx,



T.

Comments

Popular posts from this blog

Titis dan Tempe

Hai semuanya ! Today I will post about the latest activity that I am proud of (because normally I wouldn't even think of doing this). I am going to talk about my day with TEMPE !! (Btw maaf ya bahasanya agak campur-campur for this blog. I am too friggin' excited to share this, I ignore all of the language stuffs). I am talking about tempe-food not Tempe, my friend. This is my friend, his name is Tempe. Tempe is a guy. He has a band with Wednes called Rabu. Tempe wants to get his scholarship too, soon. Tempe is nice.  Be like Tempe. ... Maaf untuk intermezzo barusan yang agak tidak penting. YOW! Now I will start to write about tempe the food. So some of you may know that I will be going abroad very soon (still waiting for my visa to be granted - fingers crossed, toes crossed, everything crossed). The thing that my family and my friends are concerned of is that I will be missing a lot of things from Indonesia, especially the food (ayam geprek, rawon,

No more after five, part 1 : Belajar di Swedia

Hi! It's been one heck of a rollercoaster journey since I arrived in Sweden to study. Since the journey is so challenging yet exciting at the same time, I don't even know where to start to write about my story as an international student here. Since this information might be more helpful for you, my fellow Indonesian, who wants to study abroad (especially in Sweden), I am gonna write in Bahasa this time (this is time for you to learn Bahasa Indonesia, my dear fellow Chalmerists :p). Oke! Kita mulai ya! Biar topiknya tersusun agak rapi dan nggak membingungkan, mungkin saya bagi tulisan ini menjadi beberapa bagian ya! Itu pintu masuk kampus tercinta. Tapi gedung Titis is 20 menit jalan kaki dari situ :( Belajar di Swedia Belajar di Swedia adalah pilihan pertama saya (dan satu satunya pilihan saya) sebelum saya memutuskan untuk daftar LPDP. Sebenarnya untuk mendaftar kuliah di Swedia itu nggak terlalu sulit dan nggak ribet karena sistemnya semua sudah terint

The Rare Sunlight

Sun-kissed in winter time It was not my nature to check the weather forecast every start of the day, but it is now becoming a daily basis where I wish the weather will be as friendly as possible. It’s not that I am not used to the windy and cold weather yet, but maybe coming from a very bright and sunny place kind of makes me underestimate how the sun surely be missed in this gloomy and dark side of the globe, especially in this particular season of the year, winter. This country has changed my mind about the sun. I used to cover up my whole body before I went out on a sunny day in my hometown, but now I am always looking forward to enjoy the sunlight. To all my Swedish friends, now I get it why you guys love the sun so much. It was the second day of 2017, where I was absolutely thrilled to see the weather forecast says 2 degree Celcius and sunny in Gothenburg, Sweden (I am officially adapted to this kind of temperature now, yay!). It was a perfect day where I could go outsi